kawan-kawan

Minggu, 24 Februari 2008

Kucing-kucingku




Nostalgia SMUN4 Kediri

Nostalgia masa SMU sering jadi tema film-film cerita, biar tidak dicap cuma bisa mengekor orang lain, disini saya tunjukkan foto SMUN4 Kediri jika dilihat dari Satelit melalui Google Earth. Masih bener nda ya?

Semoga gambar disamping bisa sedikit mengobati kerinduan kita pada waktu-waktu terindah yang tidak pernah terulang kembali.

Kerinduan selalu akan terukir di dalam sanubari selama kisah hidupku ini.

thats me


5 tahun sudah aku tinggal di kota Makassar, waktu yang cukup untuk mengenal kota ini lebih dalam, tapi belum cukup bagiku untuk mempelajari bahasanya yang menurutku susah sekali beng..Ini mungkin salah satu kelemahanku masalah bahasa, lidahku ini terlalu medok Jawa timuran. Aku sudah mencoba pake beberapa kata menggunakan bahasa Makassar, tapi eh ketahuan juga,"dari Jawa ya mas? Jawa mana?" hehe... jadinya males deh pake bahasa Makassar..

Memang kita sudah tercetak dari sononya ya kayak gini, hanya orang-orang tertentu yang mempunyai kelebihan bicara & fasih berbahasa apa saja. Dibagian ini tidak ada pada diri saya..Thats me..antonefendy ya anton efendy, bukannya ANTONG EPENDI seperti di ucapkan oleh lidah Makassar..

Setelah berkelana ke penjuru timur Indonesia, kita jadi tau betapa kaya budaya dan alam Nusantara ini. Setiap daerah punya kebiasaan dan dialek tersendiri, inilah yang menjadi ciri khas mereka dari orang-orang di daerah lain. Mulai saat itu aku putuskan pake dialekku saja, meskipun medhok Jawa timuran tapi inilah aku.

Rabu, 20 Februari 2008

Mengapa Pelabuhan Makassar sulit berkembang?


Pertanyaan ini terlontar dari benakku waktu duduk termenung melihat cakrawala senja di kota Makassar. Aku pernah membaca buku Makassar Abad XIV yang ku beli dari TB.Gramedia di mall Mari tahun 2003 lalu dan baru ku baca akhir2 ini lagi. Ternyata disana disebutkan kota makassar ini sudah dikenal oleh masyarakat dunia sejak abad XV sebagai bandar/pelabuhan besar di wilayah Indonesia bagian Timur atau bahkan di Asia. jauh sebelum Singapura dibangun dan menjadi pusat peradaban pelabuhan di abad XVI sampai sekarang.

Pelabuhan Makassar pada waktu itu menjadi pelabuhan transit bagi para Saudagar2 Nusantara, Jung-jung Cina dan Pedagang Arab dan Eropa sebelum menuju Pulau Rempah2 yang sangat termasyur di kepulauan Maluku. Disamping rempah2, waktu itu Makassar juga terkenal sebagai pusatnya perdagangan budak dari kerajaan-kerajaan jajahan dari kerajaan Gowa yang meliputi pulau2 di Indonesia bagian timur. Sebagai pelabuhan bebas, Makassar sangat ramai dan termasyur sampai VOC menaklukannya dan menerapkan sistem monopoli perdagangan rempah-rempah. Pelabuhan Makassar yang bebas menjadi pelabuhan terbatas atau khusus sesuai politik monopoli yang diterapkan oleh keserakahan VOC, sehingga kapal-kapal yang datang dari Jung-jung Cina, Arab, Saudagar Nusantara dan pedagang2 Eropa lainnya tidak bisa seenaknya melalui Makassar untuk sampai di Pulau Rempah2.

Untuk memblokade VOC, Inggris membangun pelabuhan di Singapura dengan konsep : Bebas-murah-pelayanan prima-dan kesiapan fasilitas yang sangat memadai. Dalam waktu sangat singkat jadilah Singapura menjadi pelabuhan yang besar sampai sekarang. Sementara Makassar yang lebih tua dan lebih dahulu dikenal berkembang sangat pelan, meskipun sekarang Pelabuhan Makassar sudah menjadi pelabuhan utama/besar, tapi tetap saja tidak mampu menyamai Singapura yang notabene adalah adik tirinya.

Mengapa Pelabuhan Makassar sulit berkembang?

Kembali lagi pertanyaan ini saya tanyakan. Untuk menjawabnya membutuhkan kajian yang panjang yang harus ditinjau dari berbagai aspek. Pertanyaan ini seharusnya dijawab oleh praktisi-praktisi pengelola pelabuhan Makassar, Pemerintah Daerah, Akademisi, dan yang terpenting bagi Saudagar2 Nusantara, Jung-jung Cina, Pedagang2 Eropa yang 5 abad yang telah membuat Makassar menjadi terkenal dan termasyur, dimana pada abad XXI ini mereka berubah bentuk menjadi perusahaan-perusahaan pelayaran, Ekspedisi Angkutan laut dan Perusahaan-perusahaan yang berkaitan di dalamnya baik di tingkat nasional maupun internasional.

Kepedulian dan kecintaan kita pada bumi yang kita pijak ini seharusnya diwujudkan dengan karya nyata yang bisa dikenang 1-2-3 generasi yang akan datang, inilah kita...
Abad XVI yang dipenuhi penemu-penemu dan orang-orang yang namanya abadi sampai sekarang mungkin sudah tidak dipedulikan lagi oleh orang-orang jaman sekarang yang berfikiran pragmatis dan praktis2 saja. Makanya hutan-hutan kita habis, karena kita tidak pernah berfikir untuk masa depan...hehehe kok jadi ngelantur...

Kembali lagi ke permasalahan utama, Pelabuhan Makassar berkembang atau tidak tergantung oleh budaya & habit orang Makassar itu sendiri. Apakah ada yang salah? bukan karena salah atau benar, tapi kira-kira budaya & habit apakah yang menghambatnya?

Kota Makassar dipenuhi oleh orang-orang dari etnis Makassar, Bugis, Toraja, Jawa dan Cina dimana mereka mempunyai pola dan kebiasan masing2. Menurut penilaian kacamata saya, orang-orang etnis Makassar dan Bugis cenderung menjadi pedagang & pegawai yang tidak mau repot2 harus memproduksi barang2nya sendiri. Mereka lebih suka mebeli barang yang sudah jadi kemudian dijual lagi, thats it...simply.. sehingga tidak ada atau sangat kurang hasil karya berupa produk2 yang bisa dibanggakan dan menjadi ciri khas produk Makassar, meskipun ada kain sutra dll. Produk-produk mereka biasanya hanya berupa produk kuliner berupa COTO Makassar yang tersebar di jalan2 kota ini.

Bersambung...

Selasa, 19 Februari 2008

google earth menjadi jendela dunia


sekian lama google earth sudah beredar di dunia maya, tapi baru lebaran tahu 1428H aku mengetahuinya dari seorang teman di kampung kelahiranku. Waktu itu dia menunjukkan lokasi rumahnya di desa di kabupaten kediri...gile...aku dibuat terheran-heran, lebih-lebih dia menunjukkan lokasi kuburan bapaknya yang sudah meninggal awal tahun 2007 lalu... Salut untuk google earth & sohib tadi yang membuatku terbayang-bayang bagaimana sih cara kerjanya?..

Dikantor lagi ada banyak waktu senggang, aku coba komputer teman seruangan yang ter-conect ke internet, aku coba searching di google.com dan mencari google earth, disana banyak sekali alamat-alamat yang bisa di-klik..kemudian aku mendownload google earth dikomputer temanku tadi...tapi waktu itu aku belum mengerti bagaimana kerjanya, apalagi koneksi internet di kantorku masih seperti mobil butut yang mogok-mogok, jadi yah...beberapa bulan aku biarin gitu saja.

Setelah teman tadi bilang koneksi internet di kantor sudah ganti provider, sekarang lumayan sudah lancar, aku mencoba klik google earth yang sudah aku instal tadi... hasilnya wow luar biasa. Pertama-tama yang aku cari yah.. rumah bikap yang ada di desa di kabupaten kediri.. tapi belum dapat. aku coba lihat kota tempatku bekerja sekarang di Makassar..dapet tapi masih banyak yang tertutupi. Aku coba dan terus mencoba, akhirnya sedikit demi sedikit tahu juga cara mengoperasikannya..

Google earth thanks for u dude...