kawan-kawan

Selasa, 26 Agustus 2008

Perbedaan Terapi Berhenti Merokok untuk Pria dan Wanita




Pada tahun 2001, sekelompok perokok muda diberi kacamata yang agak buram dan penjepit hidung di University of Pittsburgh School of Medicine. Setelah menyalakan rokok, ternyata para perempuan dalam kelompok tersebut menyatakan bahwa rokok yang mereka nikmati rasanya tidak seenak biasanya, sedangkan para pria tetap dapat menikmati rasa rokok yang ada.

Dalam studi lain, para perempuan diminta untuk men-sampling rokok standar dan rendah nikotin. Para peserta merasakan perbedaan yang tidak terlalu berat baik dalam rasa dan kenikmatan yang mereka rasakan, jika dibandingkan dengan peserta pria.

Hal ini hanyalah sekian dari sejumlah penemuan lain yang muncul sebagai perbedaan jenis kelamin antara pria dan perempuan perokok. Penelitian ini menunjukkan bahwa pria merokok untuk mendapatkan nikotin, sedangkan perempuan lebih cenderung untuk mencari bau dan rasa, sensasi tangan ke mulut, untuk mengendalikan berat badan dan memperbaiki mood mereka.

Walaupun tidak ada orang yang sepenuhnya mengerti apa yang menyebabkan perbedaan ini, para ahli mengatakan bahwa pengertian ini dapat menjadikan strategi untuk berhenti dari kecanduan rokok.

Pengganti nikotin tidak akan dapat bekerja baik bagi perokok perempuan.

Sedangkan baik pria dan perempuan memiliki tingkat sukses yang sama jika dibantu dengan obat-obatan penghenti rokok. Tapi penelitian menunjukkan bahwa Terapi Pengganti Nikotin (TPN), misalnya nicotine patch atau permen karet nikotin, menunjukkan adanya perbedaan. TPN nampak berhasil membantu pada masa-masa awal penghentian nikotin karena rokok berhenti, tapi setelah enam bulan, para perempuan lebih yang banyak kembali ke kebiasaan merokok daripada kaum pria.

Di sisi lain, perbedaan jenis kelamin pada masalah kecanduan merokok melalui terapi TPN mencatat adanya hasil yang juga unik: inhaler, benda plastik kecil yang berbentuk alat pemegang rokok, yang memberikan dosis nikotin tertentu jika anda menghisapnya dalam-dalam. Dalam studi pada tahun 2001 yang melibatkan 504 perokok, inhaler ternyata lebih efektif terhadap perempuan daripada pria, sedangkan pria yang sudah merokok lama, berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya karena tiga hal: semprotan (spray), patch, dan terutama permen karet.

"Perempuan kehilangan rasa sensorik yang timbul dan nikotin yang mereka nikmati pada saat berhenti merokok," demikian jelas Cora Lee Wetherington, PhD, pada artikel di tahun 2002 yang diterbitkan oleh NIDA (National Institute on Drug Abuse) Institut Nasional untuk Penggunaan Obat Terlarang, di mana Dr. Cora adalah kepala peneliti untuk riset mengenai jenis kelamin dan perempuan.

"Oleh karena itu, menggantikan rasa sensorik tersebut, digunakanlah inhaler, tapi hal ini tidak dapat digantikan oleh permen karet ataupun patch, dan mempelajari hal ini dapat membantu kita untuk mempercepat proses penghentian kecanduan merokok bagi kaum perempuan."

Mengenai berat badan juga seharusnya kaum perempuan sudah tidak perlu khawatir lagi. Lebih dari setengah perempuan yang mengikuti test mengakui bahwa permasalahan berat badan adalah permasalahan terbesar yang harus mereka hadapi pada saat berhenti merokok. Hal ini tidak mengejutkan karena memang berat badan mereka akan meningkat, tapi terapi cognitive behavioral therapy (CBT) bisa mengatasi masalah ini. Studi pada tahun 2001 tadi juga menunjukkan bahwa dari dari 200 perempuan yang mengikuti test dan menerima terapi CBT ini tetap bertahan dari rokok, walaupun berat badan bertambah, jika dibandingkan dengan mereka yang mengikuti program pengendalian berat badan biasa.

Kaitan dengan PMS (Sindrom Sebelum Menstruasi) juga menunjukkan bahwa kiat terbaik untuk berhenti merokok sebaiknya dilakukan di hari pertama setelah menstruasi dimulai.

Tidak ada komentar: