kawan-kawan

Selasa, 03 Maret 2009

Menara: Simbol Peradaban Islam

Di mana berdiri masjid, di situlah menara menjulang. Ibarat sayur tanpa garam, sebuah masjid tanpa menara seakan kurang afdol.

Menara atau orang Barat menyebutnya minaret, tampaknya sudah menjadi elemen penting yang sukar untuk dipisahkan dari arsitektur masjid. Tak heran, jika menara selalu setia mendampingi masjid-masjid besar di seluruh penjuru dunia. Kehadiran menara yang bertengger kokoh menjulang langit akan semakin menambah kemegahan dan keindahan sebuah masjid. Sejak dulu manusia kerap mengasosiasikan ketinggian dengan superioritas dan kekuatan. Bangsa Prancis dan Amerika, misalnya, membangun menara Eiffel dan gedung pencakar langit New York sebagai simbol kekuatan teknologi.

'Kehadiran menara pada bangunan masjid merupakan simbol dari peradaban Islam,'' ujar President Islamic Culture Foundation, Cherif Jah Abderrahma­n. Menurut Abderrahmain, bentuk arsitektur yang paling strategis dan terbaik sebagai penanda kehadiran dan keberadaan Islam di suatu tempat adalah menara. Sebagai bagian dari simbol peradaban, menara dibangun umat Islam lantaran memiliki fungsi yang amat penting, yakni sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Sesuai dengan kondisi geografis dan situasi pada zamannya, selain sebagai tempat untuk adzan, beberapa menara yang dibangun juga berfungsi mercusuar atau menara pengintai. Fungsi tambahan minaret itu biasanya terdapat pada menara-menara masjid yang berada di kota pelabuhan atau tepi sungai. Menara Masjid Ribbat Shushah di Tunisia, misalnya, juga befungsi sebagai sarana pertahanan, karena amat mirip sebuah markas militer. Di era modern, menara tak dijadikan tempat untuk adzan, namun lebih sebagai tempat untuk meletakkan alat pengeras suara. Lantas sejak kapan sebenarnya umat Islam melengkapi bangunan masjid dengan menara? Menurut sarjana Inggris terkemuka yang mengkaji arsitektur Islam, KAC Creswell, masjid Quba yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah tak dilengkapi dengan menara. `'Pada saat Nabi Muhammad belum dikenal menara,'' ungkap Creswell. Pada era kepemimpinan Khulafa' Ar-Rasyiddin pun, papar Creswell, bangunan masjid belum dilengkapi dengan menara.

Semasa Rasulullah SAW hidup, agar gema adzan bisa terdengar sampai jauh, maka sahabat yang biasa menjadi muadzin naik ke atap rumah Nabi. Creswell memaparkan, jejak menara di dunia Islam pertama kali ditemukan di Damaskus mulai tahun 673 M. `'Menara pertama kali berdiri di samping masjid 41 tahun setelah Nabi Muhammad SAW tutup usia,'' tutur Creswell. Meski begitu, beberapa sarjana mengungkapkan, di rumah Abdullah Ibnu Umar berdiri sebuah tiang. Dari atas tiang itu adzan dikumandangkan adzan sehingga bisa terdengar sampai jauh. Konon, tiang itu masih berdiri hingga abad ke-10 Hijriyah. Sekitar tahun 703 M atau 91 H, Umar ibnu Abdulazziz juga telah membangun empat menara t di setiap sudut Masjid Nabi. Setiap menara tingginya mencapai sembilan meter. Melalui menara itu, muadzin bisa mengumandangkan panggilan shalat. Sementara itu, Ensklopedia Britanicca menyebutkan, menara masjid tertua di dunia terdapat di Kairouan, Tunisia yang dibangun antara tahun 724 M hingga 727 M. Versi lain menyebutkan, Khalifah Al-Walid (705-715) dari Bani Umayyah merupakan pemimpin pertama yang memasukkan unsur menara dalam arsitektur masjid. Al-Walid yang memang dikenal memiliki selera dan kepedulian tinggi dalam rancang bangun arsitektur telah memulai tradisi membangun menara sebagai salah satu unsur khas pada masjid. Menara masjid pertama muncul ketika Khalifah Al-Walid memugar bekas basilika Santo John menjadi sebuah masjid besar yang bernama Masjid Agung Damaskus. Awalnya, pada bekas basilika itu terdapat dua buah menara yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, lonceng pada siang hari dan kerlipan lampu pada malam hari. Menara itu sebenarnya merupakan salah satu ciri khas bangunan Byzantium. Dalam Ensikopedia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH) disebutkan, asal-usul menara sebagai sebuah bangunan arsitektural mungkin didasarkan pada satu ada campuran beragam sumber. Ada yang menyebutkan berasal dari menera api simbolis Zoroaster hingga menara pengawas Romawi, mercu suar pantai, hingga gereja. Terlepas dari mana asal-muasalnya, Khalifah Al-Walid amat tertarik untuk mempertahankan kedua menara yang bertengger di basilika Santo Jhon itu. Bahkan, untuk mempertegas wibawa dan kemegahan Masjid Agung Damaskus itu, Al-Walid kemudian membangun lagi sebuah menara di sisi utara pelataran masjid -- tepat di atas Gerbang al-Firdaus.

Menara itu pun biasa disebut Menara Utara Masjid Damaskus. Setahun kemudian (706 M), Khalifah Al-Walid memutuskan memugar Masjid Nabawi di Madinah. Awalnya, masjid itu tak dilengkapi satu menara pun. Atas perintah Al-Walid, para arsitek mulai membangun menara masjid sebagai tempat muadzin untuk mengumandangkan adzan. Bentuk menara pada Masjid Nabawi dan menara utara Masjid Damaskus sangat mirip, terutama pada ornamen kubah puncak menara yang ramping. Kala itu, menara masjid adalah sesuatu yang baru. Bentuk menara seperti menara Masjid Agung Damaskus terbilang cukup populer. Hingga 250 tahun kemudian, bentuk menara Masjid Nabawi dan Masjid Agung Damaskus masih menjadi model tipikal menara Masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Dinasti Fatimiyah di Kairo. Menara tunggal adalah menara yang paling umum dibangun. Namun, kerajaan Usmani dan Mogul kerap membagun menara kembar yang memiliki arti perlindungan raja. Bahkan, ada pula yang langsung membangun empat menara di samping masjid, sekaligus. Masjid Sultan Ahmad I di Istanbul malah dilengkapi enam minaret dan hanya selisih satu dengan Masjidil Haram di Makkah yang memiliki tujuh menara.

Meski tak lagi menjadi tempat untuk mengumandangkan adzan, hampir setiap bangunan masjid besar di seluruh dunia dilengkapi menara. Menara telah menjadi simbol dan lambang keberadaan Islam. Namun, kini tak semua negara yang berpenduduk mayoritas Islam mengizinkan berdirinya menara masjid. Kantor urusan masjid Kementrian Wakaf Mesir misalnya, telah mengumumkan untuk tak lagi mengeluarkan izin pembangunan menara bagi masjid baru. Alasan keputusan itu adalah untuk mengurangi pembiayaan pembangunan masjid.Dari Klasik Hingga SilinderDi awal perkembangannya, gaya arsitektur menara Masjid Damaskus dan Masjid Nabawi telah menjadi semacam trend setter. Pola menara kedua masjid itu telah direplikasi dan dicontoh masjid-masjid hingga berbagai penjuru negeri Muslim melintasi dataran Arab hingga ke Andalusia. Dalam perkembangannya, desain arsitektur menara masjid pun menjadi beragam. Gaya dan bentuk menara itu biasanya disesuaikan dengan budaya dan kondisi wilayahnya. Secara umum terdapat lima bentuk dan gaya menara mesjid, yakni menara klasik, menara variasi, menara segi empat, menara spiral, dan menara silinder. Menara klasik memiliki desain yang khas. Lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil.

Menara Masjid Mad Chalif di Kairo yang dibangun Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah menggunakan desain menara klasik. Masjid Al-Azhar menggunakan menara dengan desain variasi. Diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan. Lain Mesir, lain pula Iran. Di negeri para Mullah ini, sebagian besar menara masjidnya menggunakan menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara. Salah satu contohnya, menara Masjid Natanz. Menara segi empat, salah satunya digunakan di Aleppo wilayah Mediterrania. Uniknya, menara Masjid Aleppo menerapkan tren baru. Sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak. Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada tahun 1089 , Di antara beragam gaya dan desain menara, hanya menara spiral yang jarang direplikasi dan terapkan oleh menara-menara masjid di dunia. Bentuk khas menara spiral digunakan di masjid-masjid di Samarra yag merupakan tradisi dalam bangunan menara Mesopotamia. Menara Masjid Samarra dan Masjid Dullaf, bahkan hingga sekarang masih tegak berdiri walaupun sudah berusia 1.200 tahun. Gaya dan arsitektur berkembang luas tergantung pada wilayah dan zamannya. Di Turki pada abad ke-11, jumlah menara pada masjid bervariasi mulai 1, 2, 4 atau 6. Menara itu berhubungan dengan ukuran masjid.

Minaretnya berbentuk langsing dan bundar. Di Mesir dan Syiria pada abad ke-7 hingga 13, menara yang digunakan berbentuk segi empat dan tak terlalu tinggi serta terletak di empat sisi masjid. Sedangkan masjid di Irak lebih banyak menggunakan menara berbentuk spiral. Satu-satunya minaret berbentuk oktagonal yang terkemuka terletak di Chefchaouen China bernama Emin Minaret yang dibangun pada 1778 oleh Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing. Menara Masjid Tertinggi di DuniaNun jauh di Casablanca, Maroko, bertengger menara masjid tertinggi di dunia. Menara masjid yang mencakar langit setinggi 210 meter mencapai selalu setia menemani Masjid Hasan II yang mulai dibangun pada tahun 1980. Masjid Hasan II dirancang oleh arsitektur asal Prancis Michel Pinseau dan dibangun oleh Bouygues. Masjid Hasan II merupakan tempat ibadah umat Islam terbesar kedua di dunia, setelah Masjidil Haram di Makkah. Bangunan masjid itu berdiri megah di sebuah semenanjung hasil reklamasi dan menghadap ke perairan Atlantik. Pembangunan masjid itu terinspirasi oleh ayat Alquran, `'Singgasana Tuhan dibangun di atas air.'' Selain memeliki menara yang paling tinggi di dunia saat ini, masjid Hasan II memiliki kapasitas yang amat besar yakni bisa menampung 80 ribu orang.

Sebagian lantai masjid itu menggunakan kaca. Sehingga setiap orang yang beribadah di masjid itu seakan-akan bisa bersujud di atas laut. Setiap malam, di puncak menara dilengkapi dengan sinar laser yang mengarah ke Makkah. Interior yang mempercantik Masjid Hasan II secara khusus dirancang dan dibangun atas permintaan Raja Hasan II. `'Aku ingin membangun masjid ini di atas air, sebab singgasana Tuhan berada di atas air. Sehingga orang yang beriman akan mendatanginya untuk sembahyang dan memuji Sang Pencipta sembari merenungkan langit dan lautan yang diciptakan-Nya,'' titah Raja Hasan II. Menara tertinggi lainnya yang terbuat dari batu bata adalah Qutub Minar yang berada di Delhi, India. Dominasi menara Masjid Hasan II sebagai yang tertinggi di dunia tak lama lagi akan terkalahkan. Saat ini, dua minaret setinggi 230 meter tengah di bangun di Tehran, Iran. Minaret telah menjadi lambang eksistensi Islam.

sumber : Republika

Tidak ada komentar: